28 October 2008

Semua tentang Cinta


Cinta dan pernikahan


Cinta selalu membuat orang ingin memiliki ikatan dengan yang dicintai. Namun apakah cinta selalu membuat orang berpikir untuk terikat pernikahan dengan orang yang dicintai? Belum tentu. Sebagian besar memang berpikir untuk menikahi yang dicintai. Namun, mereka yang mencintai terkadang juga takut menghadapi pernikahan. Ada yang hanya mau berpacaran saja atau ada yang hanya mau kumpul kebo.

Saat ini, cinta memang menjadi landasan untuk menikah bagi sebagian besar orang. Contohnya Anda, apakah Anda mau menikah dengan orang yang tidak ada cintai? Anda tentu memilih menikah dengan orang yang Anda cintai. Namun demikian, pernikahan boleh jadi tanpa cinta dan tidak semua pencinta yang menginginkan pernikahan, benar-benar menikah. Sebab pernikahan bukan hanya tentang cinta. Begitulah budaya kita. Di Uni Soviet, pada tahun 1986 dilaporkan hanya 50% orang menikah karena cinta. Di Amerika Serikat, sekitar 87% menikah karena cinta. Bagaimana dengan di Indonesia? Lagi-lagi tidak ada data yang tersedia.

Anda pasti sering mendengar adanya orang yang menikah karena dipaksa. Nah, mereka tentu menikah tanpa cinta. Mereka berasumsi, jika sudah terbiasa, nantinya cinta akan tumbuh juga. Begitupun Anda pasti sering mendengar adanya hubungan cinta yang dilarang. Orang tua melarang anak gadisnya berpacaran dengan orang yang dicintai sang gadis karena menilai kurang menjanjikan. Akibatnya cinta sang gadis tidak pernah berlanjut ke pernikahan.

Sampai saat ini masih sangat banyak yang beranggapan bahwa menikah akan membuat orang berbahagia selamanya. ‘Living happily ever after’, demikian istilahnya dalam bahasa inggris. Benarkah hal tersebut? Banyak ilmuwan mengatakannya sebagai mitos. Rasa bahagia pasti menurun pada saat-saat tertentu dan naik pada saat yang lain. Lagi pula tidak ada pernikahan yang tanpa masalah sedikitpun.

Sebuah survei nasional di Amerika Serikat oleh National Opinion Research Center, pada tahun 2001, menunjukkan bahwa hanya sebesar 40% orang dewasa yang menikah, 23% yang tidak pernah menikah, 19% yang dalam kondisi bercerai, dan 16% yang hidup terpisah, melaporkan mengalami rasa sangat bahagia dalam hidup mereka. Hal yang kurang lebih sama ditemukan di Kanada dan Eropa. Bagaimana dengan di Indonesia? Tidak ada survei yang diketahui telah dilakukan. Namun mungkin angkanya tidak akan jauh berbeda. Nah, bukankah 60% mereka yang menikah melaporkan kurang bahagia?!

Akan tetapi jelas bahwa mereka yang menikah lebih banyak yang merasakan bahagia. Diketahui bahwa mereka yang menikah umumnya lebih berbahagia daripada mereka yang tidak menikah. Laki-laki menikah dan perempuan menikah lebih bahagia daripada mereka yang tidak pernah menikah, bercerai atau berpisah. Pada orang-orang yang tidak menikah, rata-rata bunuh diri dan depresinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang menikah. Sebuah survei yang dilakukan National Institute of Mental Health di Amerika Serikat menemukan bahwa rata-rata tingkat depresi meningkat dua sampai empat kali lipat lebih besar pada orang dewasa yang tidak menikah.



Apakah Anda cukup mengenal si dia?



Salah satu faktor paling menentukan kesuksesan hubungan adalah kualitas pertemanan yang terbangun antar pasangan. Semakin tinggi kualitasnya maka hubungan akan semakin membahagiakan. Sebaliknya, semakin rendah kualitasnya maka hubungan semakin kurang membahagiakan.

Tapi apa sebenarnya pertemanan itu? Pertemanan adalah hubungan dimana antara dua orang terjalin kedekatan sehingga saling membuka diri sangat dekat satu sama lain. Semakin banyak informasi diri yang disingkapkan maka mereka semakin dekat. Teman paling dekat bagi seseorang adalah orang yang paling banyak diberi informasi tentang dirinya. Kepadanya mereka berbagi rahasia.

Pasangan belum tentu bisa menjadi seorang teman, sebagaiman teman belum tentu pasangan Ada saja orang yang lebih mempercayai temannya ketimbang pasangannya. Kepada teman mereka sanggup membuka semua rahasia dirinya serta menyampaikan semua yang dipikirkan dan dirasakannya. Akan tetapi kepada pasangan sendiri mereka tidak mampu melakukannya. Mereka tetap menyimpan beberapa rahasia dari pasangannya. Begitu pun tidak semua yang dipikirkan dan dirasakan disampaikan pada pasangannya. Bagi mereka pasangan bukanlah teman.

Berikut sebuah contoh kasus. Irfan memiliki pacar, namanya Ina. Akan tetapi Irfan jarang memberi tahu kegiatannya pada Ina. Irfan tidak banyak menceritakan dirinya. Yang diketahui Ina tentang Irfan hanya tempat kuliahnya dan beberapa temannya, plus beberapa informasi pribadi tentang Irfan seperti tanggal lahirnya atau kosnya. Irfan tidak pernah menceritakan masalah yang dihadapinya pada Ina. Saat Irfan uring-uringan kepada teman kosnya, dia tidak mau menceritakannya pada Ina.

Lain lagi dengan Johan. Dia selalu menceritakan perasaan dan pikirannya kepada Evi, pacarnya. Jika ada masalah, Johan selalu menceritakannya pada Evi, bukan kepada orang lain. Jika sedang gundah, Johan selalu menceritakan kegundahannya. Tidak ada rahasia diantara mereka. Evi tahu semua tentang Johan. Sebaliknya Johan tahu semua tentang Evi.

Nah, menurut Anda, manakah di antara 2 pasangan di atas yang berhasil membangun pertemanan? Sudah tentu Johan dan Evi lebih berhasil dalam membangun pertemanan. Pun mereka lebih berhasil dalam menjalin hubungan. Bisa ditebak, Johan dan Evi merasa lebih puas menjalin hubungan dibandingkan Irfan dengan Ina.

Sekarang saatnya bagi Anda untuk mengetahui apakah Anda mengenal cukup dekat pasangan Anda seperti layaknya teman dekat atau tidak. Jawab pertanyaan-pertanyaan berikut dengan “ya” jika mencerminkan diri Anda, dan “tidak” jika tidak menggambarkan diri Anda.

1. Saya dapat menyebutkan nama teman terbaik pasangan saya
2. Saya tahu apa yang baru-baru ini membuat stres pasangan saya
3. Saya tahu nama beberapa orang yang telah membuat pasangan saya tersinggung belakangan ini
4. Saya dapat mengatakan beberapa impian hidup pasangan saya
5. Saya dapat mengatakan filosofi hidup pasangan saya
6. Saya bisa mendaftar rekan-rekan pasangan saya
7. Saya merasa bahwa pasangan saya mengetahui diri saya dengan baik
8. Ketika kami terpisah, saya sering memikirkan pasangan saya dengan penuh gairah
9. Saya sering menyentuh atau mencium pasangan saya dengan penuh perasaan
10. Pasangan saya sunguh-sungguh menghormati saya
11. Ada api yang menyala dan gairah yang berkobar dalam hubungan kami
12. Romantisme adalah bagian dalam hubungan kami
13. Pasangan saya menghargai sesuatu yang saya lakukan dalam hubungan kami
14. Secara umum pasangan saya menyukai kepribadian saya.
15. Kehidupan seksual kami sangat memuaskan
16. Menjelang tidur, pasangan saya akan melihat saya dengan senang
17. Pasangan saya adalah teman terbaik saya
18. kami baru saja berbicara tentang cinta kami satu sama lain
19. Ada banyak memberi dan menerima dalam diskusi kami
20. Pasangan saya mendnegarkan saya penuh hormat meskipun kami tidak saling setuju
21. Pasangan saya biasanya memberikan bantuan besar sebagai penyelsai masalah
22. Secara umum nilai-nilai dan tujuan hidup kami bersesuaian

Penilaian
- Jika jawaban “YA” berjumlah 15 atau lebih, maka Anda memiliki kekuatan dalam hubungan dengan kekasih Anda. Anda cukup dekat dengan pasangan Anda. Anda mengenalnya cukup baik. Selamat. Hubungan Anda berpotensi terus stabil dan membahagiakan

- Jika jawaban “YA” berjumlah 8 sampai 14, maka saat ini adalah waktu yang sangat penting bagi Anda. Ada banyak kekuatan yang bisa Anda bangun untuk memperkokoh hubungan. Namun ada juga beberapa hal yang harus lebih diperhatikan. Jika Anda ingin lebih berbahagia dan stabil dalam menjalin hubungan, berusahalah untuk terus membangun kedekatan dengan pasangan Anda.

- Jika jawaban “YA” berjumlah 7 atau kurang, maka hubungan Anda bermasalah. Hanya satu cara untuk membuat hubungan Anda stabil dan membahagiakan, berusahalah memperbaikinya. Kenali pasangan Anda dengan lebih baik. Semakin Anda mengenal pasangan Anda, semakin mudah bagi Anda untuk membangun hubungan yang membahagiakan.



enarkah ada tipe cinta yang berbeda?

Apa cinta yang Anda rasakan? Boleh jadi bergelora dan penuh hasrat. Namun orang lain mungkin merasakan cinta tidak seperti Anda. Mereka tidak bergelora dalam merasakan cinta. Nah, sejak dulu para ahli menyadari perbedaan itu dan telah mencoba menyingkapkan perbedaan-perbedaan cinta yang dialami manusia.

Banyak ahli membedakan adanya 2 tipe cinta yang berbeda, yakni cinta yang penuh hasrat (passionate love) dan cinta yang penuh keintiman (companionate love). Keduanya berbeda dalam intensitas emosi yang dialami. Cinta yang penuh hasrat ditandai adanya intensitas emosi yang tinggi, dan penuh gelora. Sedangkan cinta yang penuh keintiman kurang adanya intensitas emosi, namun adanya kelekatan, keintiman dan komitmen tinggi terhadap cinta.

Sebagian ahli menemukan bahwa cinta tidak hanya terpolarisasi dalam 2 kutub berbeda seperti di atas. Berdasarkan penelitian, mereka mengidentifikasi tipe-tipe cinta yang lain, yang harus dibedakan menjadi tipe cinta tersendiri. Salah satu peneliti cinta, yakni ahli psikologi Robert Sternberg, berhasil mengidentifikasi suatu model cinta yang disebut segitiga cinta atau ‘triangle of love’. Menurutnya, cinta memiliki tiga dimensi utama, yakni hasrat (passion), keintiman/kedekatan (intimacy), dan komitmen (commitment). Peneliti lain menemukan hal yang tidak jauh berbeda. John Allan Lee, seorang antropolog, berhasil mengidentifikasi bahwa cinta terdiri dari 6 jenis yang berbeda. Identifikasinya dikenal dengan sebutan enam warna cinta atau ‘six color of love’. Lee membedakan ada tiga cinta primer, yakni eros, ludus, dan storge, serta tiga jenis cinta sekunder, yakni mania, pragma, dan agape. Sementara itu Clyde Hendrick & Susan Hendrick juga berhasil mengidentifikasi enam tipe cinta berbeda, yaitu passionate love, game-playing love, friendship love, practical love, dependent love, dan selfless love.

Selain ketiga tipologi cinta di atas, masih ada pembagian tipe-tipe cinta yang berbeda. Hampir setiap kebudayaan memiliki pembagian tersendiri. Misalnya ada yang membagi cinta dalam 4 jenis, yakni tipe cinta api, cinta air, cinta udara, dan cinta tanah. Ada juga yang membaginya berdasarkan mitologi binatang , misalnya cinta anjing, cinta merpati, dan lainnya. Pendek kata, cinta memang memiliki tipe-tipe.

Buku ini hanya akan membahas tipologi cinta menurut Robert Sternberg yakni segitiga cinta dan enam warna cinta dari John Allan Lee. Keduanya dibahas di sini karena keduanya merupakan tipologi yang paling banyak digunakan didunia akademik, oleh karena itu cukup teruji kebenarannya.



Apakah cinta selalu mewujud dalam hubungan?





Anda tentu pernah mendengar tentang mencintai diam-diam. Seseorang memendam cinta pada seseorang tapi tak bisa mengungkapkannya. Cinta benar-benar dirasakan, tapi tidak sanggup mengatakan pada yang dicintai. Berarti, tidak ada hubungan cinta, yang ada hanya rasa cintanya.

Anda pernah menonton film yang berjudul ‘jomblo’? Dalam film itu ada seorang tokoh yang bernama Olip, seorang mahasiswa asal Aceh, yang jatuh cinta pada Astri. Selama 3 tahun ia memotret Astri diam-diam, membuat puisi-puisi cinta tentangnya, mengamatinya dari jauh, tanpa ada keberanian untuk mendekat dan mengatakan cinta. Tapi meski begitu, Olip begitu yakin bahwa dirinya mencintai Astri. Nah, pernahkah Anda mengalami hal yang serupa itu? Jangan-jangan Anda pernah.

Kesimpulannya rasa cinta tidak selalu berkait dengan hubungan cinta. Namun, rasa cinta pasti membuat seseorang memiliki keinginan untuk menjalin hubungan cinta dengan yang dicintai. Saat ini, rupa-rupa hubungan cinta banyak macamnya. Mulai dari pacaran yang paling sederhana, tunangan, menikah, sampai kumpul kebo.

Cinta bisa saja bertepuk sebelah tangan. Anda mungkin mencintai seseorang, tapi ia tak merasakan hal yang sama pada Anda. Seperti Olip kepada Astri. Malahan, Astri tidak tahu ada seseorang yang namanya Olip. Pernah juga kan mendengar seseorang yang jatuh cinta berkali-kali, dan ditolak cintanya berkali-kali juga?! Sungguh kurang beruntung yang mengalaminya.





Apakah ada cinta sejati?



Cinta sejati itu apa? Banyak orang tidak memahaminya. Namun begitu banyak yang percaya bahwa cinta sejati pasti ada bagi setiap manusia. Hanya seseorang itu akan menemukannya atau tidak. Seolah-olah cinta sejati itu akan dibawa oleh sosok misterius yang datangnya entah dari mana, yang akan membawa cinta dalam genggamannya dan memberikannya pada Anda. Bila belum menemukannya, maka akan dicari sampai dapat, sampai kapanpun. Banyak orang berkata,”Aku akan menanti cinta sejatiku tiba, kapanpun, di manapun!” Seolah-olah cinta sejati adalah berkah yang datangnya dari langit.

Tapi cinta, tidak datang tiba-tiba. Ia bukanlah berkah. Ia hadir dalam kehidupan kita sebagaimana kita makan atau minum. Tidak luar biasa. Menurut Abraham Maslow, salah seorang tokoh psikologi terkemuka, cinta sejati itu ada. Cinta sejati adalah ketika kita mencintai diri orang lain apa adanya, tidak adanya kebutuhan terhadap cinta, dan tidak mencintai diri sendiri. Cinta sejati dicirikan dengan ketika perhatian terhadap yang dicintai menimbulkan kepuasan sebagaimana ketika mendapatkan perhatian darinya. Ciri lain dari cinta sejati adalah menghormati yang dicintai, dan memotivasi apa yang menjadi minatnya. Kebahagiaan merupakan perpaduan antara apa yang terbaik untuknya dan apa yang diinginkan untuk diri sendiri. Perhatian akan berakhir untuknya dan tidak akan pernah berakhir. Kita menghormati yang kita cintai sebagai pribadi yang terpisah dari diri kita bukan untuk memanipulasi, menguasai, dan mengontrolnya.

Perhatian dalam cinta sejati mestilah tulus. Ketika perhatian merupakan representasi dari kurangnya cinta (defisiensi love), perhatian itu barangkali dimanipulasi (saya menunjukkan perhatian padamu karena saya mengharapkan sesuatu darimu), menekan/menyesakkan (saya memperhatikanmu tidak peduli apakah kamu memerlukan perhatianku atau tidak), menimbulkan ketergantungan (saya memperhatikanmu karena saya tidak ingin kamu menjadi bebas), agresif (saya memperhatikanmu, jadi kamu seharusnya memberikan perhatian lebih kepadaku).

Pertanyaannya, apakah Anda memiliki cinta sejati itu?



Mengapa jatuh cinta pada si dia?

Di atas telah dikupas tentang daya tarik yang bisa menyebabkan seseorang tertarik pada seseorang dan lantas jatuh cinta. Di luar sumber-sumber daya tarik yang dimiliki seseorang, ada beberapa hal lain yang juga berpengaruh dalam menimbulkan cinta. Hal tersebut adalah adanya penguatan positif dari seseorang, adanya asosiasi seseorang dengan sesuatu, dan adanya keseimbangan dalam hubungan.

1. Penguatan
Seseorang akan menyukai orang yang memberikan respon positif atas sikap dan tindakan yang diambilnya. Jika Anda jalan-jalan sore hari berjalan kaki lalu Anda dicela, tentu saja Anda kurang menyukai si pencela. Sebaliknya jika jalan-jalan Anda dipuji, maka Anda akan lebih menyukai yang memuji. Nah, mereka yang lebih banyak memberikan pujian dan persetujuan pada apa yang kita pikirkan dan kita lakukan akan cenderung lebih kita sukai. “I love you, because you love me’, begitu kita sering mendengar, adalah kata-kata yang muncul dari adanya prinsip penguatan, khususnya prinsip resiprositas. Emosi positif akan dibalas dengan emosi positif. Cinta akan dibalas cinta. Jadi, mencintailah maka Anda akan dicintai.

2. Asosiasi
Jika Anda laki-laki dan bertemu seorang gadis yang diasosiasikan dengan dunia hitam, misalnya pelacur, apa Anda akan menyukainya? Begitupun jika Anda dikenal dekat dengan sesuatu yang negatif, misalnya dikenal sebagai Johan si pemabuk, Johan si pemadat, Johan si pencuri, Johan si pelaku kekerasan, apakah Anda bakal menarik bagi gadis-gadis? Sudah pasti Anda tidak menarik bagi mereka. Sebab, seseorang cenderung menyukai orang yang diasosiasikan dengan hal-hal baik. Agar disukai, Anda harus dikenal lewat sesuatu yang positif, misalnya Johan si penolong atau Johan si baik hati.

3. Pertukaran yang seimbang
Merupakan sesuatu yang alamiah bila kita memperhitungkan keuntungan dan kerugian dari suatu hubungan, meskipun tidak selalu eksplisit. Jika Anda sangat memperhatikan seseorang, menyediakan banyak waktu untuknya, namun si dia hanya memberikan sedikit waktu buat Anda dan juga kurang memperhatikan, maka Anda akan cenderung kurang menyukainya. Kalaupun Anda merasa jatuh cinta pada pandangan pertama, rasa cinta akan memudar seiring waktu.


No comments: